Sumber : Reuters
Jakarta, tvrijakartanews - Di sebuah bengkel yang ramai di Cotonou, Benin, desainer Charlemagne Andoche Amoussou, yang dikenal sebagai Lolo Andoche, dengan hati-hati menggantungkan sepotong kain tenun tangan di atas manekin. Jari-jarinya yang cekatan menghaluskan lipatan, mengubah 'pagne' tradisional menjadi mahakarya kontemporer.
Kegiatan ini, dengan latar belakang warisan tekstil Benin yang semarak, menandai dimulainya revolusi mode yang memberikan kehidupan baru ke dalam industri lokal.
"Festival yang kami selenggarakan bertujuan untuk menunjukkan kepada kaum muda nilai dari mengonsumsi produk lokal. Dengan memilih produk lokal, mereka dapat menginspirasi orang lain. Ini adalah gerakan yang kami mulai bersama masyarakat Benin dan terus berkembang," kata Andoche dikutip dari Reuters (7/11/2024).
Karya Andoche, yang memadukan teknik tenun tradisional dengan desain modern, telah menarik perhatian dunia mode. Pertunjukannya baru-baru ini di Cotonou menampilkan para model yang berjalan di landasan dengan pakaian berani dan inovatif yang dibuat dari kain pagne.
Pagne, yang berakar kuat dalam budaya Benin, secara tradisional ditenun oleh perajin seperti Elise Agbodegbe yang berusia 30 tahun.
"Pagnes kami dibuat dengan tangan dan tidak luntur seperti kain tenun lainnya. Ditambah lagi, kain ini terbuat dari 100% katun," kata Agbodegbe, menekankan kualitas unik dari hasil karya mereka.
Pengaruh Andoche tidak hanya terbatas pada panggung mode. Di bengkelnya, desainer muda seperti Ginelle Tomavo yang berusia 19 tahun belajar memadukan pagne ke dalam mode kontemporer.
"Mengeksplorasi apa yang dapat dilakukan dengan anyaman pagne benar-benar memengaruhi kreativitas dan inovasi pribadi," kata Tomavo.
Andoche mengatakan usahanya tidak hanya tentang mode, tetapi tentang melestarikan warisan budaya dan meningkatkan ekonomi lokal.
"Mengapa tidak memilih 'buatan Benin' atau 'buatan Afrika' untuk memajukan benua ini Lupakan kemewahan Eropa, jadilah kreatif, ciptakan, bekerja keras, dan tekun," tutur Andoche.